Resensi Buku Cleo, Kemarilah
Cleo, Kemarilah
Penulis: Fanny Jonathans Poyk
ISBN: 978-602-8556-09-5
Penerbit : Kakilangit Kencana
Ukuran :11,5 x 19 cm
Halaman: 194 hlm.
Harga: Rp 33.000,-
Bagaimana rasanya hidup dengan dihantui bisikan-bisikan yang menyeret kita ke dalam situasi mengerikan dan membuat ketakutan setiap saat? Barangkali inilah yang dirasakan oleh penderita Skizofrenia, yang merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Sehingga bisa menimbulkan gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.*
Dan sekarang novel yang berbicara mengenai Skizofrenia adalah yang berjudul Cleo, Kemarilah, karya Fanny Jonathans Poyk. Tokoh penderitanya bernama Cleo. Fanny memilih sudut pandang kisah yang dialami Cleo, sehingga nantinya pembaca diajak untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh Cleo. Kita diajak untuk tenggelam dalam bisikan-bisikan yang dilakukan oleh Deny (tokoh dalam benak Cleo).
Diceritakan Deny adalah seorang pemuda yang ditemuinya di sebuah toko buku terpencil di sudut kota. Awal perkenalannya terasa biasa saja sampai akhirnya Deny ditemukan tergeletak bersimbah darah di dalam toko buku tersebut dan terkuaklah sisi lain masa lalu Deny yang ternyata amat kelam. Kematian Deny yang terasa ganjil semakin terasa ganjil saat ternyata toko buku yang didatangi oleh Cleo tidak lebih adalah tanah pekuburan…
Teror Deny ternyata tidak berhenti menghantui kehidupan Cleo, hingga pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Cleo yang pendiam dan cenderung lemah dan tidak memiliki banyak teman ternyata adalah salah satu alasan Deny ingin menguasainya. Ya, Deny ingin menguasai kehidupan Cleo hingga dalam hal sekecil-kecilnya, boleh dikata Deny adalah teroris posesif yang menghantui Cleo.
Masalah makin pelik tatkala satu persatu orang yang ada di sekitar Cleo, mati satu persatu, bagaimanakah nasib Cleo, dan bagaimana dia bisa melepaskan diri dari teror Deny?
Sesungguhnya, kisah ini sangat menarik. Sayangnya kurang tergarap dengan baik. Dan novel ini sebenarnya memiliki kans menjadi novel thriller serius dibanding hanya sekadar menjadi novel remaja biasa yang akan segera dilupakan begitu orang selesai membacanya. Kesan kurang serius itu ditambah pula dengan ilustrasi yang sebenarnya tidak perlu untuk novel seperti ini.
Akan lebih baik, jika Fanny sedikit melakukan riset pada penderita Skizofrenia sesungguhnya, menelisik kehidupannya,dokter yang menanganinya hingga dampaknya pada lingkungan dan orang-orang sekitarnya dan menuangkannya pada novel yang lebih tebal dan serius. Dengan dukungan referensi yang baik, novel ini pasti akan menjadi salah satu novel thriller yang nantinya mungkin sangat layak untuk dilayar lebarkan.
Dan cover juga yang konsepnya terkesan meniru film The Skeleton Key yang kemudian ditiru poster film Kala menambah deretan kekurangan novel ini. Sayang sekali.
Tapi mungkin Fanny memiliki pemikiran lain yang, karena novel ini ditujukan untuk pangsa remaja, jadi cerita dibuat seringan dan sedapat mungkin dipahami oleh kaum remaja tersebut.
Kutipan:
“Jangan ragu Cleo, ikut saja denganku…semua orang mencampakkanmu, kamu tidak berarti buat mereka. Kamu hanya berarti buatku..” (Deny; hal. 90)
“Kekasih abadi? Apa maksudmu? Aku bukan Sasha. Aku Cleo, Cleo yang kamu temui di toko buku itu!” (Cleo; hal. 107)
* Referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Skizofrenia
No comments:
Post a Comment